Monday, December 28, 2009

Hari - hariku mulai terasa membosankan :(

Bosssaaannnn........
aq bosan dengan rutinitasku ini. Hari - hariku terasa tidak ada bedanya hari demi hari. Dengan rutinitas yang sama setiap harinya, dengan orang - orang yang sama dan dengan pekerjaan yang monoton yang gk nyambung ama bidangku. Serasa gk berkembang...
Ya Allah mudahkan langkahku ini....
Ya Allah aq rindu saat - saat seperti dulu, dengan kegiatan kegiatan dakwah dikampus, syuro, diskusi, teman - teman yang sefikrah.
Ya Allah aq sedih... aq bosan.....

Sunday, December 20, 2009

UjianMu Ini Telah Menyadarkanku…

Selalu ku teringat ayat indah yang telah Engkau janjikan, kata – kata cintaMu yang dapat menenangkanku untuk bertahan dan menjadi lebih kuat…

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan…. “ (QS.94 : 5)

Mungkin ujian ini tanda kecintaanMu padaku, mungkin ujian ini agar ku dapat meningkatkan kualitas diri. Bahkan mungkin ujian yang kau beri ini agar ku selalu mendekatkan diri padaMu karena mungkin ku telah melupakanMu dalam setiap kegiatan rutinitasku…

Awal November yang kulalui terasa begitu berat. Disaat ku rasakan begitu lemah ghirah ini. Disaat kurasakan diri ini tidak bermanfaat. Disaat rutinitas menyibukkanku dalam urusan duniawi. Disaat ku tidak merasa berkontribusi kepadaMu. Ya Allah apa mungkin aku mengalami ke-futuran??

Godaan semakin berat, menawarkan keindahan – keindahan semu namun tampak nyata dan hal itu datang silih berganti dengan tema ujian yang sama. Ya Allah apa selama ini aku tidak lulus dalam ujianMu sehingga Kau mendatangkan ujian yang sama?

Resah, Gelisah, Bingung, Dan gak tau harus berbuat apa….

Itulah yang kurasakan, perasaan hati tidak menentu. Ujian itu selalu menggodaku, menari-nari manampakkan keindahannya. Dan syaitan membuatnya tampak begitu nyata. Ya Allah tunjukkan jalanMu….

Sesungguhnya kurindukan saat – saat diri ini di sibukkan dalam kegitan menegakkan agamaMu. Sesungguhnya diri ini merindukan berkumpul dengan orang – orang yang taat beribadah kepadaMu. Sesungguhnya kurasakan ada “sesuatu” yang hilang dalam diriku yang membuat perasaan hati tidak tenang namun entah apa yang telah membuatku merasa tidak lebih baik dari sebelumnya.

Ada apa denganku???

Intospeksi diri.

Yah mungkin itu adalah solusi yang tepat. Setelah melewati hari demi hari. Usaha untuk memperbaiki diri ini kutingkatkan sedikit demi sedikit menuju berbaikan dari sebuah keterpurukan. Bangkit dari keterlenaan duniawi. Menyadarkan diri setelah tertidur panjang. Mencari jawaban dari kegundahanku selama ini. Mencari “sesuatu” yang hilang itu. Walaupun hasil yang kudapatkan belum maksimal tapi ku yakin Kau akan melihatnya dari sebuah proses.

Ya Allah sungguh ujianMu ini telah menyadarkanku…..



Monday, December 14, 2009

Wanita adalah matahari yang tidak pernah terbenam….


Ukhti sholehah....

Berbahagialah menjadi seorang wanita. Karena wanitalah yang memberikan warna dalam kehidupan didunia ini. Dengan kasih sayangnya yang tulus sangat memberikan arti yang besar bagi kehidupan. Dari rahim seorang wanita lahirlah penerus – penerus bangsa pejuang kebenaran, pemimpin – pemimpin yang tangguh, ilmuwan, dan para mujahid pejuang agama.

Ukhti sholehah.....

Ada sebuah perkataan manis Buya Hamka “ di sisi seorang lelaki tangguh pasti terdapat wanita yang lebih tangguh”. Dan Allah pun menempatkan wanita dalam posisi yang mulia, sehingga seorang anak diwajibkan untuk lebih memuliakan ibunya kemudian ayahnya. Oleh karena itu syurga berada di bawah telapak kaki Ibu. Subhanallah.

Tidak hanya itu ukhti sholehah.....

Suatu saat Rasul pun pernah ditanya oleh seorang sahabat. “Wahai Muhammad lebih mulia mana wanita didunia ataukah wanita – wanita penghuni syurga?”. Dan Nabi pun menjawab “ sesungguhnya wanita sholehah di dunia ini adalah lebih mulia.” Subhanallah bersyukurlah kita dilahirkan sebagai seorang wanita di dunia ini karena kita berkesempatan untuk menjadi wanita yang lebih mulia dibandingkan dengan wanita – wanita penghuni syurga. Dengan menjadi wanita yang sholehah tentunya.

Namun ukhti sholehah renungkanlah......

Apakah kita sebagai seoraang wanita siap dan mau berlomba untuk mencapai kemuliaan itu??? Ditengah gemerlap kehidupan dunia yang penuh dengan keindahan walaupun kadang kita menyadari bahwa keindahan itu hanya bagaikan fatamorgana ditengah padang pasir. Akankah kita meraih dan memenangkan sebuah predikat wanita sholehah dan mulia??? Sungguh sebenarnya kemenangan itu sudah didepan mata. Karena sesungguhnya kehidupan adalah sebuah pilihan, selanjutnya terserah anda.......


Dikala Rindu Bersua


Ingin sesungguhnya ku ungkap seluruh rindu di jiwa ini

Ingin ku luapkan semua perasaan hati

Ya Allah hanya padaMu ku serahkan jiwaku

Dalam nafasku

Terasa jauh tuk menggapai apa yang menjadi gundahku

Mungkin hanya dalam mimpi ku dapat bertemu

Ya Allah hanya padaMu ku berserah

Sesungguhnya hati ini berada dalam genggamanMu

Kerinduan datang tanpa diminta

Namun pengharapan kadang terasa sia-sia

Hanya padaMu aku berserah

Engkaulah Azza wa Jalla

Tempat curahan kasih sesungguhnya

Putihkanlah segala yang dapat menghitamkan hati ini ya Rabb

Luruskanlah segala yang dapat menyimpangkan jalanku padaMu

Jauhkanlah hati ini dari apapun yang dapat menjauhkanku padaMu

Dekaplah aku selalu dalam dekapan hangatMu

Semoga cinta ini tak kan terbagi selain kepada seseorang yang juga merindukan cintaMu

Agar cinta ini dapat menjadi kendaraan dalam perjumpaanku denganMu.

Amin ya Rabb....

Sungguh kesetiaan itu mahal


Di tengah kemacetan yang terjadi di ruas jalan ibu kota terlintas seorang nenek yang sedang mendorong gerobaknya di depan sebuah gang. Ya sebuah gerobak sampah yang mungkin merupakan harta paling berharga yang dimilikinya. Mulanya terlintas pikiran sungguh nenek yang luar biasa, yang seharusnya di usianya yang sudah renta dia berada dalam ketenangan dan tidak di pusingkan dengan urusan mencari nafkah. Namun sungguh terkejut hati ini ternyata di dalam sebuah gerobak itu ada seorang kakek tua yang terlihat lebih renta dibanding dengan si nenek, si Kakek duduk dengan tatapan mata yang sungguh membuat hati ini tertunduk dan tersentak, karena tatapan mata itu tatapan mata yang memancarkan keikhlasan, tatapan mata yang sungguh luar biasa. Mungkin si Kakek sudah tidak kuat lagi menjalankan kewajibannya mendorong gerobak namun dengan keikhlasan dan sebuah kesetian si Nenek rela menggantikan posisi tersebut. Sungguh Nenek tua itu telah mengajarkan tentang arti sebuah kesetiaan yang tulus kepada seorang suami yang tidak megharapkan imbalan kemewahan harta dan segala kesenangan dunia yang hanya fatamorgana sungguh sangat berbanding terbalik dengan kehidupan modern saat ini yang mengukur segalanya dengan uang.

Hati ini sungguh terketuk dengan menyaksikan peristiwa tersebut peristiwa yang mungkin terjadi tidak lebih dari lima menit tetapi sungguh membekas dihati. Pelajaran yang sungguh sangat berarti, pelajaran tentang sebuah arti kesetiaan. Sungguh kesetiaan itu sangatlah mahal yang tidak bisa digantikan dengan harta sebesar apapun.

Saturday, November 07, 2009

Sunday, December 13, 2009

LAMARANMU KUTOLAK!

Kisah Sederhana, Jenaka tapi Penuh Makna)
*Copas dari Manajemen_Mentoring Milist.(*Anugrah Roby)

Mereka, lelaki dan perempuan yang begitu berkomitmen dengan agamanya.
Melalui ta'aruf yang singkat dan hikmat, mereka memutuskan untuk
melanjutkannya menuju khitbah.

Sang lelaki, sendiri, harus maju menghadapi lelaki lain: ayah sang perempuan.
Dan ini, tantangan yang sesungguhnya. Ia telah melewati deru
pertempuran semasa aktivitasnya di kampus, tetapi pertempuran yang
sekarang amatlah berbeda.

Sang perempuan, tentu saja siap membantunya. Memuluskan langkah mereka
menggenapkan agamanya.

Maka, di suatu pagi, di sebuah rumah, di sebuah ruang tamu, seorang
lelaki muda menghadapi seorang lelaki setengah baya, untuk 'merebut'
sang perempuan muda, dari sisinya.

"Oh, jadi engkau yang akan melamar itu?" tanya sang setengah baya.
"Iya, Pak," jawab sang muda.
"Engkau telah mengenalnya dalam-dalam? " tanya sang setengah baya
sambil menunjuk si perempuan.
"Ya Pak, sangat mengenalnya, " jawab sang muda, mencoba meyakinkan.
"Lamaranmu kutolak. Berarti engkau telah memacarinya sebelumnya? Tidak
bisa. Aku tidak bisa mengijinkan pernikahan yang diawali dengan model
seperti itu!" balas sang setengah baya.
Si pemuda tergagap, "Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal
sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu."
"Lamaranmu kutolak. Itu serasa 'membeli kucing dalam karung' kan, aku
takmau kau akan gampang menceraikannya karena kau tak mengenalnya.
Jangan-jangan kau nggak tahu aku ini siapa?" balas sang setengah baya,
keras.

Ini situasi yang sulit. Sang perempuan muda mencoba membantu sang
lelaki muda. Bisiknya, "Ayah, dia dulu aktivis lho."

"Kamu dulu aktivis ya?" tanya sang setengah baya.
"Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi demonstrasi anti Orba di
Kampus," jawab sang muda, percaya diri.
"Lamaranmu kutolak. Nanti kalau kamu lagi kecewa dan marah sama
istrimu, kamu bakal mengerahkan rombongan teman-temanmu untuk mendemo
rumahku ini kan?"
"Anu Pak, nggak kok. Wong dulu demonya juga cuma kecil-kecilan. Banyak
yang nggak datang kalau saya suruh berangkat."
"Lamaranmu kutolak. Lha wong kamu ngatur temanmu saja nggak bisa, kok
mau ngatur keluargamu?"

Sang perempuan membisik lagi, membantu, "Ayah, dia pinter lho."
"Kamu lulusan mana?"
"Saya lulusan Teknik Elektro UGM Pak. UGM itu salah satu kampus
terbaik di Indonesia lho Pak."
"Lamaranmu kutolak. Kamu sedang menghina saya yang cuma lulusan STM
ini tho? Menganggap saya bodoh kan?"
"Enggak kok Pak. Wong saya juga nggak pinter-pinter amat Pak. Lulusnya
saja tujuh tahun, IPnya juga cuma dua koma Pak."
"Lha lamaranmu ya kutolak. Kamu saja bego gitu gimana bisa mendidik
anak-anakmu kelak?"


Bisikan itu datang lagi, "Ayah dia sudah bekerja lho."
"Jadi kamu sudah bekerja?"
"Iya Pak. Saya bekerja sebagai marketing. Keliling Jawa dan Sumatera
jualan produk saya Pak."
"Lamaranmu kutolak. Kalau kamu keliling dan jalan-jalan begitu, kamu
nggak bakal sempat memperhatikan keluargamu."
"Anu kok Pak. Kelilingnya jarang-jarang. Wong produknya saja nggak
terlalu laku."
"Lamaranmu tetap kutolak. Lha kamu mau kasih makan apa keluargamu,
kalau kerja saja nggak becus begitu?"

Bisikan kembali, "Ayah, yang penting kan ia bisa membayar maharnya."
"Rencananya maharmu apa?"
"Seperangkat alat shalat Pak."
"Lamaranmu kutolak. Kami sudah punya banyak. Maaf."
"Tapi saya siapkan juga emas satu kilogram dan uang limapuluh juta Pak."
"Lamaranmu kutolak. Kau pikir aku itu matre, dan menukar anakku dengan
uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan caraku."


Bisikan, "Dia jago IT lho Pak"
"Kamu bisa apa itu, internet?"
"Oh iya Pak. Saya rutin pakai internet, hampir setiap hari lho Pak
saya nge-net."
"Lamaranmu kutolak. Nanti kamu cuma nge-net thok. Menghabiskan
anggaran untuk internet dan nggak ngurus anak istrimu di dunia nyata."
"Tapi saya ngenet cuma ngecek imel saja kok Pak."
"Lamaranmu kutolak. Jadi kamu nggak ngerti Facebook, Blog, Twitter,
Youtube? Aku nggak mau punya mantu gaptek gitu."

Bisikan, "Tapi Ayah..."
"Kamu kesini tadi naik apa?"
"Mobil Pak."
"Lamaranmu kutolak. Kamu mau pamer tho kalau kamu kaya. Itu namanya
Riya'. Nanti hidupmu juga bakal boros. Harga BBM kan makin naik."
"Anu saya cuma mbonceng mobilnya teman kok Pak. Saya nggak bisa nyetir"
"Lamaranmu kutolak. Lha nanti kamu minta diboncengin istrimu juga? Ini
namanya payah. Memangnya anakku supir?"

Bisikan, "Ayahh.."
"Kamu merasa ganteng ya?"
"Nggak Pak. Biasa saja kok"
"Lamaranmu kutolak. Mbok kamu ngaca dulu sebelum melamar anakku yang
cantik ini."
"Tapi pak, di kampung, sebenarnya banyak pula yang naksir kok Pak."
"Lamaranmu kutolak. Kamu berpotensi playboy. Nanti kamu bakal selingkuh!"


Sang perempuan kini berkaca-kaca, "Ayah, tak bisakah engkau tanyakan
soal agamanya, selain tentang harta dan fisiknya?"
Sang setengah baya menatap wajah sang anak, dan berganti menatap sang
muda yang sudah menyerah pasrah.
"Nak, apa adakah yang engkau hapal dari Al Qur'an dan Hadits?"
Si pemuda telah putus asa, tak lagi merasa punya sesuatu yang berharga.
Pun pada pokok soal ini ia menyerah, jawabnya, "Pak, dari tiga puluh
juz saya cuma hapal juz ke tiga puluh, itupun yang pendek-pendek saja.
Hadits-pun cuma dari Arba'in yang terpendek pula."
Sang setengah baya tersenyum, "Lamaranmu kuterima anak muda. Itu
cukup. Kau lebih hebat dariku. Agar kau tahu saja, membacanya saja
pun, aku masih tertatih."
Mata sang muda ikut berkaca-kaca.